Enam Teladan Biarawati untuk Menjadi Lansia Sehat

     Seorang antropolog menghabiskan 11 bulan tinggal di sebuah biara Katolik di Amerika Serikat untuk meneliti cara hidup para biarawati yang banyak berumur panjang namun tetap bahagia sebagai lansia.
     Peneliti itu mewawancarai dan mengamati bagaimana mereka menjalin hubungan satu sama lain dan juga terhadap orang lain. Berikut ini enam cara hidup para biarawati sehingga tetap bahagia sebagai lansia:

1. Terus bergerak 
     Biarawati berdiri di kaki mereka sepanjang waktu. Siang hari, biarawati yang bekerja mengajar atau menyiapkan makanan. Di pagi dan malam hari mereka mengunjungi rekan-rekan mereka di rumah sakit, atau menjadi relawan di sebuah dapur umum setempat. Jadi, tetap berolahraga teratur, walaupun hanya berjalan kaki seperti yang dilakukan banyak biarawati.

2. Berlatih emosi positif
     Para biarawati secara teratur mengungkapkan rasa cinta mendalam satu sama lain dan kepada diri sendiri melalui doa dan percakapan. Biarawati menikmati manfaat dari emosi positif karena doa harian menuntun mereka untuk merasakan cinta, sukacita, dan belas kasih. Itulah kebiasaan yang membentuk emosi positif.  Emosi positif dapat berdampak besar pada ketenangan batin yang membahagiakan, dan luar biasa dampaknya sewaktu seseorang bisa membentuknya melalui latihan.

 3. Miliki tujuan dan bekerja untuk itu
     Seorang suster berusia 95 tahun yang tinggal di rumah sakit, tidak mampu berjalan lebih dari beberapa langkah. Ketika ditanya bagaimana dia melewati hari-harinya, dia berkata, "Saya mengunjungi yang lemah." Sungguh, setiap sore, dia mendorong kursi rodanya ke kamar para biarawati yang lebih rapuh dari dirinya untuk menemani mereka, dan berdoa bersama mereka.
     Maka penting menjalani hidup hari demi hari dengan suatu tujuan dan bekerja untuk mencapai tujuan itu. Kalau berpikir bahwa setelah pensiun berarti bebas dari tanggung jawab pekerjaan, lalu beranggapan kebebasan seperti itu akan membawa kebahagiaan, kebahagiaan yang diharapkan itu malah tidak terjadi. Setelah pensiun, hanya orang-orang yang memiliki tujuan dan komitmen untuk berkontribusi terhadap kehidupan, dan menemukan cara untuk mencapai tujuan tersebut, yang cenderung paling bahagia dan sehat.

4. Pertahankan komunitas
     Para biarawati selalu berhubungan dengan teman-teman mereka. Mereka tahu siapa yang sakit atau mengalami minggu yang sulit, dan mereka selalu memiliki seseorang untuk dihubungi ketika mereka membutuhkan. "Saya tidak kesulitan menyesuaikan diri ketika pensiun," kata seorang biarawati yang telah bekerja selama beberapa dekade sebagai guru di negara bagian lain. "Saya sudah mengenal orang-orang ini selama 67 tahun. Jadi ketika saya datang kembali ke sini, tidak seperti keadaan saat seseorang datang ke panti jompo dan bertemu orang asing. Di sini saya bertemu teman." Pelajaran keempat: Penting memiliki kelompok yang memungkinkan setiap anggota bisa saling berinteraksi, dan setiap anggota kelompok merasa bertanggung jawab satu sama lain.

5. Tidak takut menghadapi kematian
     Seorang suster berusia 80-an memberi tahu bahwa dengan merencanakan pemakamannya sendiri membuatnya tidak terlalu takut menghadapi kematian. "Kematian hanyalah langkah di atas garis, itu yang sedang berlangsung," katanya. "Saat ini saya merasa nyaman dengan itu. Dan saya rasa perencanaan pemakaman memantapkan saya menghadapi kematian, membuat saya merasa kurang takut menghadapinya."
     Banyak orang menghadapi kematian sendiri adalah keadaan paling buruk. Maka orang enggan memikirkan atau membicarakannya. Tetapi banyak biarawati menemukan bahwa itu bisa menjadi proses yang membantu. Ketika merencanakan pemakaman, juga dipikirkan bagaimana mereka ingin akhir kehidupan mereka berlangsung: Apakah ingin mati dikelilingi oleh orang-orang yang berdoa, atau apakah dia ingin ruangan itu menjadi tenang, atay mungkin cukup didampingi seorang teman biarawati yang memegang tangannya dan berbicara kepadanya.
     Jangan takut menghadapi kematian, bicarakan atau bahkan kalau perlu merencanakan bagaimana akhir kehidupan itu akan dijalani dapat membantu seseorang menghadapi mortalitas secara lebih damai, dan mencegah beban keuangan dan emosional pada anggota keluarga yang masih hidup.

6. Lepaskan beban
     Ketika biarawati memasuki biara sebagai siswa baru, mereka menyerahkan sejumlah hak istimewa. Mereka tidak lagi dapat memilih di mana dan dengan siapa mereka tinggal, dan, bahkan pakaian dan nama mereka dipilih untuk mereka. . Sebagian mengakui bahwa transisi ini dapat dan memang menyebabkan rasa sakit atau kesedihan pada awalnya. Namun mereka memperoleh manfaat luar biasa, yaitu selama masa hidup mereka menjadi terampil melepaskan segalanya. Saat mendekati usia lanjut, lalu harus pindah ke rumah sakit atau ke sayap biara tempat bagi biawarati yang memerlukan bantuan, mereka melakukannya tanpak banyak keberatan.
    Jadi, perlu sejak dini belajar melepaskan hal-hal yang harus dilepaskan di masa tua, seperti rumah dan pekerjaan.

     Para biarawati Katolik menjalani cara hidup yang unik, hidup selibat, dan terpisah dari dunia sekuler. Cara hidup seperti itu tampak keras atau aneh bagi awam. Tetapi cara hidup seperti itu merupakan pola luar biasa yang memberikan panjang umur, kebahagiaan, dan kedamaian yang mereka alami di tahun-tahun terakhir mereka.
     Cara tersebut menawarkan wawasan tentang bagaimana semua orang dapat meningkatkan kesehatan dan kebahagiaan di masa tua. Dengan tetap aktif, menjalankan pertemanan berdasarkan kepedulian, dan berani berbicara tentang kematian, setiap orang dapat memperoleh manfaat dari apa yang dialami para biarawati. Dan kabar baiknya, seseorang tidak harus tinggal di biara untuk tetap sehat dan bahagia saat menjadi lansia.*** ***



Enam Teladan Biarawati untuk Menjadi Lansia Sehat