Memaknai jerih payah dan derita sebagai sesuatu yang indah.


   Kebanyakan orang enggan mengingat-ingat masa lalu yang penuh jerih payah dan derita. Jerih payah dan derita itu dianggap tidak ada, tidak berharga.
     Namun, bagi sebagian orang, melupakan sama sekali masa lalu yang penuh jerih payah dan derita tidaklah mudah. Ingatan tentang masa suram itu tetap ada, bahkan sampai usia ujur. Ia tidak muncul di permukaan, melainkan tersembunyi di bawah sadar. Tampak tiada tetapi terasa mengganjal. 
    Berdamai dengan masa lalu merupakan salah satu cara agar mampu menjalani masa tua dengan tenang, tanpa ganjalan. Kemampuan berdamai dengan masa lalu diperlukan agar seseorang juga mampu menerima diri apa adanya, ketika hari demi hari berlalu menuju usia lanjut. Yaitu menerima kenyataan bahwa panas tidak datang terus menerus setiap hari, sebaliknya hujan juga tidak turun setiap hari.
    Ketika matahari bersinar mulai pagi saat terbit hingga sore saat terbenam, banyak keindahan dan hal berharga yang kita peroleh. Sejak terbit orang bisa melihat keindahan sinar matahari, merasakan kehangatannya. Siang hari, orang bersyukur bahwa terik matahari akan membuat pakaian atau padi yang dijemur kering. Ketika sore, menurunnya panas sinar matahari mencegah daun-daun layu. 
    Begitu pula ketika hujan turun. Butir-butirnya menjadi prisma yang sewaktu ditembuh cahaya matahari akan menghasilkan lukisan pelangi di angkasa. Butir-butir air hujan juga akan menyirami tanah, membuat tanah lembab agar tanaman tumbuh subur. Ibarat yang dikemukakan tersebut bisa menjadi cermin. Berdamai masa lalu berarti mencoba menemukan sesuatu yang berharga dan indah di dalam setiap jerih payah dan derita yang dialami.
    Barangkali jerih payah atau derita itu memang terasa berat waktu dijalani, sebab harus mengorbankan tenaga, waktu, pikiran, atau bahkan mungkin harta, agar masalah yang dihadapi dapat diatasi. Lantas, ketika jerih payah itu berlum menunjukkan hasil, ia menjadi derita. Derita terasa menyakitkan karena bisa jadi himpitan masalah yang dihadapi begitu kuat. Apalagi kalau ia berlangsung lama. Ibaratnya, leher seolah tercekik sehingga susah bernafas.
    Cobalah ingat kembali. Renungkanlah dari mana datangnya inspirasi, yang memberi tuntunan untuk menemukan cara, kesabaran tak kenal menyerah, dan kekuatan penuh ketgangguhan, saat berupaya mengatasi masalah. Kenangkan kembali bagaimana semua proses itu berjalan, dan temukanlah di dalamnya bahwa meski harus berjerih payah dan menderita untuk menjalaninya, ternyata itu semua perlu untuk membentuk kematangan, ketenangan, kebijakan, dan memicu kreativitas, sehingga akhirnya masalah terselesaikan. Bukankah itu suatu proses yang unik, indah, dan berharga?




Memaknai jerih payah dan derita sebagai sesuatu yang indah.