SURAT PAUS JOHN PAUL II KEPADA UMAT LANSIA 1999 (7)

Manusia Lanjut Usia menurut Kitab Suci

6. “Pemuda dan fajar kehidupan adalah kesia-siaan”, kata Pengkhotbah (Kej 11:10). Alkitab tidak ragu-ragu untuk menunjukkan, kadang-kadang dengan realisme blak-blakan, sifat sekilas kehidupan dan waktu yang tak dapat ditawar-tawar: "Kesia-siaan belaka ..., kesia-siaan, semua adalah kesia-siaan" (Ec1: 2). Siapa yang tidak akrab dengan peringatan keras dari Kebijakan kuno ini? Bagi kita yang lebih tua, karena kita belajar melalui pengalaman, memahaminya dengan cara khusus.

 Meskipun menunjukkan realisme pahit seperti itu, Alkitab mempertahankan visi yang sangat positif tentang nilai kehidupan. Manusia tetap untuk selamanya dibuat “menurut gambar Allah” (lih. Kej 1:26), dan setiap tahap kehidupan memiliki keindahan tersendiri dan tugas-tugasnya sendiri. Memang, dalam firman Allah, usia lanjut sangat dihargai sehingga umur panjang dipandang sebagai tanda kemurahan ilahi (lih. Kej 11: 10-32). Dalam kasus Abraham, di mana hak istimewa usia tua ditekankan, bantuan ini mengambil bentuk janji: “Aku akan menjadikanmu bangsa yang besar, dan aku akan memberkatimu dan membuat namamu agung. Aku akan memberkati mereka yang memberkatimu dan dia yang mengutukmu, aku akan mengutuknya; di dalam kamu semua keluarga di bumi akan diberkati ”(Kejadian 12: 2-3). Di pihak Abraham adalah Sarah, seorang wanita yang melihat tubuhnya semakin tua, namun meski mengalami keterbatasan dalam tubuhnya yang menua, kekuatan Tuhan yang membuat setiap kekurangan manusia menjadi baik.

Musa juga adalah orang tua ketika Tuhan mempercayakan kepada dia suatu misi memimpin Orang-Orang Pilihan keluar dari Mesir. Bukan di masa mudanya tetapi di usia tuanya, bahwa atas perintah Tuhan, dia melakukan perbuatan besar demi umat Israel. Di antara contoh-contoh orang lanjut usia lainnya dalam Alkitab, saya akan menyebutkan Tobit, yang dengan rendah hati dan berani memutuskan untuk menaati Hukum Allah, untuk membantu orang yang membutuhkan, serta menanggung kebutaan dengan sabar, sampai malaikat Allah campur tangan untuk mengatur situasi kehidupannya kembali membaik (lih. Tob 3: 16-17). Ada juga Eleazar, yang kemartirannya menjadi saksi atas kemurahan hati dan keteguhan yang luar biasa (lih. 2 Mak 6: 18-31).





<br/>SURAT PAUS JOHN PAUL II KEPADA UMAT LANSIA 1999 (7)